ACEH TENGGARA_Herjen (50) warga Desa Bun-Bun Indah Kecamatan Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara, mengeluh soal hasil panen jagungnya tak bisa diangkut akibat akses jalan longsor di daerah itu, Senin, 13 Januari 2024.
Harjen mengatakan, saat ini petani di Kecamatan Leuser sudah mulai memasuki masa panen khususnya komoditi jagung. Namun, petani mengalami kendala tidak bisa mengeluarkan hasil panen karena, akses jalan satu satunya di daerah itu terputus akibat longsor.
“Sekarang sudah mulai panen jagung kami disini, hasil panen kami tidak bisa kami angkut keluar,” katanya.
Lebih lanjut, akibat longsor di jalan Desa Kane Mende menuju Desa Bintang Bukit indah, Kecamatan Leuser, pada tanggal 21 Desember 2024, kami tak bisa mengangkut hasil panen, dan saat ini longsor itupun semakin parah.
Warga sekitar sangat resah hasil panen mereka bisa membusuk jika tidak diangkut.
Padahal menurut Harjen, akses jalan yang terputus dan longsor tersebut merupakan nadi bagi warga di pedalaman Leuser, daerah paling selatan Aceh Tenggara itu.
Harjen mengatakan, kekinian aktivitas keluar masuk kebutuhan dan hasil pertanian, perekonomian dan kebutuhan sehari-hari warga terancam lumpuh. Lebih parahnya lagi sebanyak 15 Kute di daerah itu dilaporkan terisolir.
Harjen menyampaikan, kondisi ini membuat warga petani Leuser kalang kabut. Sehingga, mereka membutuhkan solusi secepatnya atas kondisi yang mereka alami dari pihak terkait.
Dikatakannya, hingga kini belum ada solusi kongkrit tentang permasalahan jalan di Leuser. Sehingga, mereka sangat berharap Pemerintahan melalui stakeholder terkait agar lebih serius mengupayakan solusi untuk menyelesaikan persoalan jalan yang telah sejak lama mereka hadapi.
“Kami sangat berharap ada solusi secepatnya tentang nasib kami disini, ” ucap Harjen.
Disisi lain, ungkap Harjen, selain akses jalur darat, warga Leuser memang juga mengandalkan akses transportasi melalui jalur Sungai Alas, dengan menggunakan perahu kayu bermesin (Robin) karena kondisi jalur darat tidak memungkinkan untuk dilintasi.
Pun demikian, belakangan ini, warga masih merasa trauma dan takut untuk menggunakan transportasi air. Akibat kecelakaan perahu kayu bermesin (Robin) yang baru-baru ini merenggut sebelas korban jiwa dan satu korban diantaranya hingga kini belum ditemukan.
“Kalau jalur air kami masih trauma dan takut. Kemudian untuk ongkos angkut hasil pertanian juga lebih mahal,” tutup Harjen.
Sebagai informasi, selain hasil pertanian komoditi jagung, di Kecamatan Leuser juga merupakan penghasil komoditi, kemiri, kakao, pisang dan sawit.
(Sultan Habibi)