ACEH BARAT - Berbagai kesenian tradisional masih terus dipertunjukan dalam Pekan Kebudayaan Aceh atau PKA. Salah satunya bakal hadir di panggung utama Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh adalah kisah Dalupa dari Kabupaten Aceh Barat.

Kisah Dalupa akan disuguhkan oleh Sanggar Buraq Lam Tapa Aceh Barat, pada pukul 21.00 Wib malam ini, Sabtu 11 November 2023.

Hal tersebut diungkapkan oleh Rahmat Safira, wakil ketua sanggar kepada Presentatif. Com di sela-sela persiapannya. 

"Kami siap menghibur para pengunjung PKA 8 ini. Formasi lengkap Dalupa hadir dengan mengkolaborasikan teknik tradisional dan pemain asli yang disertai sentuhan musik modern," ujarnya. 

Lebih lanjut kata Rahmat, Dalupa merupakan kisah tentang dua orang anak manusia yang berubah wujud atau menyerupai seekor monyet dan memiliki fisik tinggi besar. 

Dalam penampilannya, akan ada dua orang yang berperan sebagai Dalupa, dua orang yang berkostum monyet dan beberapa pemain musik penggiring seperti Serune Kale, Rapai, Canang dan bass. 

"Dan satu orang lagi yang membaca naskah sekaligus penyair," katanya. 

Malam nanti, Sanggar akan menghadirkan kisah Dalupa dengan perpaduan musik tradisional dan modern sehingga keaslian cerita rakyat itu tetap terjaga sekaligus memikat hati generasi modern. 

"Kita berharap, pengunjung PKA dapat menikmati sajian cerita rakyat ini dan merasakan keindahan waridan budaya Aceh Barat," harapnya. (AF)

ACEH BARAT - Salah satu atraksi kesenian Bloeh Apui atau menginjak bara api tanpa alas kaki berhasil memukau ratusan penonton yang datang ke Taman Budaya, Kota Banda Aceh, Rabu malam, 08 November 2023. Penampilan kesenian dari Aceh Barat tersebut, tidak hanya membuat pengunjung berdecak kagum namun juga histeris. 

 "Saya terpesona oleh keindahan gerakan Rapa ie begitu anggun dan ekspresif. Saya benar-benar kagum dengan pemain, apalagi ada atraksi berjalan diatas bara api yang panas, ini adalah salah satu pertunjukan yang takkan pernah saya lupakan." Ucap Fia, satu diantara penonton yang menyaksikan pertunjukan yang digelar dalam rangka memeriahkan PKA-8 itu. 

Kegiatan kesenian Bloeh Apui di pertunjukan oleh Sanggar Seni Budaya Laksamana Leukeun dari Kabupaten Aceh Barat. Kesenian Bloeh Apui ini merupakan bagian dari upaya untuk melestarikan dan memperkenalkan kekayaan budaya lokal kepada masyarakat luas.

Meskipun menarik, penonton diingatkan untuk tidak meniru aksi tersebut karena memerlukan keahlian dan hanya dilakukan oleh yang sudah profesional.

Sekretaris Sanggar Seni Budaya Laksamana Leukeun, Mukhsin, menyatakan kebanggaannya karena berkesempatan untuk berpartisipasi dalam PKA ke-8 yang dibuka 4 November lalu. 

"Sanggar seni ini terbentuk sejak tanggal 27 Agustus 1994, didirikan oleh Tgk. Mazni. Telah tampil di berbagai event besar termasuk Pekan Kebudayaan Aceh sebelumnya dan perayaan eksibisi lainnya" Katanya. 

Kehadiran kesenian Bloeh Apui ini tidak hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga sebagai wadah untuk mengembangkan kreativitas dan kebudayaan masyarakat Aceh. [AF]

BANDA ACEH- Semarak Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 di Kota Banda Aceh pada malam ke 5 (lima) semakin meriah dengan kehadiran pementasan eksibisi kesenian dari Kabupaten Aceh Barat, yaitu Rapai Debus, Seudati dan Bloeh Apui, Rabu 06 November 2023. 

Rapa ie Debus dan Tari Seudati tampil di panggung utama Taman Ratu Safiatuddin, yang disambut riuh penonton. 

Syekh Ismail yang memimpin tari Seudati Aceh Barat adalah sosok seniman yang dihormati dalam komunitas seni daerah. Gerakan yang energik dan terkoordinasi dengan apik berhasil membius penonton, memperlihatkan kekayaan budaya yang terkandung di dalamnya.

"Kami bangga dapat mempersembahkan Tari Seudati di panggung besar PKA ke-8. Melalui pementasan ini, kami berusaha menghidupkan kembali nilai-nilai budaya leluhur yang terkandung di dalamnya," ujar Syekh Ismail dengan penuh semangat. 

Syekh berharap kepada generasi muda agar dapat mewarisi dan memperjuangkan kekayaan budaya tersebut sebagai bagian dari identitas bangsa. 

Sementara itu, di Taman Budaya Kota Banda Aceh, Sanggar Seni Budaya Laksamana Leukeun memukau penonton dengan atraksi Bloeh Apui, sebuah tarian yang menggambarkan keindahan alam dan kebudayaan yang menyatu.

Melalui gerakan-gerakan yang elegan dan mengalir, para penari berhasil menghadirkan pesan tentang keharmonisan manusia dengan alam, sebuah nilai yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Aceh Barat.

"Dengan atraksi ini, kami ingin menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga alam sekitar sebagai bagian integral dari kebudayaan kita," ungkap Mukhsin peserta Sanggar Seni Budaya Laksamana Leukeun.

"Kami berharap melalui kesenian ini, masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya pelestarian alam untuk generasi mendatang."

Kedatangan penonton dari berbagai daerah di Aceh dan sekitarnya, termasuk tamu undangan dari kalangan pejabat dan tokoh masyarakat, menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam mendukung pelestarian budaya dan kekayaan daerah. Acara ini tidak hanya menjadi sarana hiburan semata, tetapi juga sebagai ajang edukasi yang mampu meningkatkan rasa cinta akan kekayaan budaya Indonesia.(AF)

BANDA ACEH_ Dara Aceh Selatan, menambah keanggunannya dengan balutan gaca (inai) bermotif rempah pada lomba bouh gaca PKA 8 di Keseimbangan Aceh, Banda Aceh, Rabu (8/11/2023). 

Disaksikan ratusan pengunjung dari berbagai daerah, Dara Baroe (Gadis) Aceh Selatan terisak mendengar lantunan syae (syair) berisi petuah atau pesan yang yang mengiringi prosesi bouh gaca tersebut. Begitu juga dengan penontonpun, meraka ikut terhanyut dalam keharuannya. 

Dalam bahasa Aneuk Jame, Bouh gaca disebut Barinai, adalah salah satu tradisi adat budaya di Aceh, sebagai pelengkap prosesi adat pernikahan, di Aceh Selatan, tradisi Bouh Gaca dilaksanakan pada kedua mempelai yang akan melaksanakan pernikahan.

Prosesi ini dilaksanakan dirumah masing-masing pengantin, pengantin yang telah dipakaikan pakaian adat akan diberikan inai sambil diiringi Syae (syair yang berisi petuah). 

Inai diukir pada jari tangan dan kaki dengan motif ukiran khas seperti Situnjuang, Pucok Rebong, Motif Pala, Bunga Cengkeh, Pala dan Kapulaga.

"Masing-masing motif itu memiliki nilai filosofi tersendiri, peserta kita menggunakan motif kombinasi yaitu motif Pala,Bunga Pala, Cengkeh,dan Situnjung," ucap Staf Bidang Kebudayaan Disdikbud Aceh Selatan Andriani saag usai lomba Rabu (8/11/2023).

Ia melanjutkan motif Pala, Bunga Pala, Cengkeh, dan Situnjuang merupakan kolaborasi antara jalur rempah dan lambang kejayaannya Aceh Selatan di masa lalu. 

" Situnjuang adalah lambang kejayaan Aceh Selatan, sementara pala, bunga pala, cengkeh merupakan rempah-rempah Aceh Selatan yang terkenal hingga internasional, "ucapnya.