BANDA ACEH - Warga Bener Meriah mengaku akibat konflik gajah dengan manusia yang masih terjadi hingga kini, banyak para orangtua disana tidak berani mengantarkan anaknya ke sekolah.
"Bahkan ketika pagi hari gajah sudah berada di lingkungan sekolah dan membuat anak-anak takut, banyak orangtua yang tidak mengantarkan anaknya ke sekolah lantaran takut dengan gajah yang sewaktu-waktu dapat mengancam keselamatan," Ujar Reje Negeri Antara, Bener Meriah, Riskan, di Banda Aceh, Kamis (30/11).
Selain itu, kata dia, hewan liar berbadan besar itu juga membuat warga Bener Meriah kehilangan mata pencaharian karena tidak berani ke kebun. Warga disana, lebih memilih bekerja sebagai buruh di kebun sawit.
"Banyak petani yang sudah meninggalkan kebun dan memilih bekerja sebagai buruh di kebun sawit. Dulu 90 persen masyarakat petani namun sekarang hanya tinggal 10 persen lagi yang bertani itu pun di perkarangan rumah, " Ujarnya.
Lebih lanjut kata dia, meskipun konflik gajah dan manusia sudah berlansung belasan tahun, namun hingga kini tidak ada penyelesaaian yang dilakukan oleh pihak terkait, dalam hal ini BKSDA Aceh. Gajah-gajah itu tak kunjung berhasil digiring ke tengah hutan.
"Sudah lelah kami sampaikan persoalan ini ke pihak terkait terutama ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh," Ujarnya.
Senada dengan Mukim Datu Derakal Pintu Rime Gayo, Bener Meriah Syahrial. Menurut dia, konflik gajah dan manusia di Bener Meriah semakin meluas. Meskipun begitu hingga kini, tidak ada pihak yang dapat menyelesaikan konflik warga dengan gajah tersebut.
"Kami berharap ada instansi yang menangani," ujarnya.
Dikatakan Syahrial, keberadaan gajah-gajah liar itu, telah banyak menimbulkan kerugian warga. Selain rumah yang hancur, anak-anak putus sekolah.
"Semoga persoalan ini bisa tertangani, kalau tidak kami akan datang lebih besar lagi anggota kami," jelasnya.[RM]